Sunday, July 12, 2015

Trip seminggu dibawah 3juta to Singapore and Malaysia!



(PART 1 OF 3)

Oke guys, perkenalkan nama gw Tantan Taopik Rohman, usia 22 tahun (2015) dan masih jomblo. Wkwkwk (ga penting). Di tulisan ini gw mau share salah satu pengalaman luar biasa dalam hidup, bayangin aja lu udah punya passport dari sejak 5 tahun yang lalu dan sampe habis itu passport masih perawan dong. Duh gusti dosa gw banyak banget kayaknya. And finally gw perpanjang passport biar dapet yang baru untuk dicap! Dicap! Cap! Sujud syukur langsung. Ya dicap artinya mau abroad alias ke luar negeri bukan mau dilegalisir lah. dikira ijazah.
Terus gw masih inget percis waktu itu Bulan September 2014, gw lagi sibuk banget sama salah satu kegiatan BEM KM IPB, namanya The 7th Journalistic Fair (cieelah so sibuk banget ya, padahal mah biasa aja asaan. gabut. Hihihi).
Jadi pas waktu itu gw lagi jaga stand tiket Mata Najwa On Stage IPB kan, widih itu acara super banget cuy! Banyangin aja gedung gww (ini gedung untuk acara-acara kampus yang paling gede kapasitasnya) normalnya kuota untuk 3000 orang ini dipake untuk hampir 4000 orang. Pusing aing sebenernya, tapi seru banget sih kerjasama dengan Tim Metro TV, berasa jadi Jurnalis dah. Eh lanjut ke cerita, jadi pas jaga tiket itu si Raytisa S.Si (Sirgin Sitepu) dan Nida Nurlivi atau kita panggil Tisa dan Nida si duo picik dan picik nelpon gw gitu ngajakin beli tiket promo Air Asia, salah satu maskapai favorit gw karena dari tagline nya aja baik banget, “everyone can fly!”.
Trus gw tanya itu tiket buat kemana dan ngapain ke si duo picik bicik. Dan you know what, gw diajakin ke Singapore dan Malaysia. Ngapain? Backpacker! Bukan traveller looh tapi backpacker ini mah. Beda tau. Pokoknya level backpacker lebih menderita dari traveller (kalo menurut gw) tapi backpacker itu challange banget! Masa liburan seminggu ke Malaysia-Singapore Cuma habis duit dibawah 3 juta. Itu gimana bisa? Ntar deh gw ceritain lebih detail challange yang dihadapi tim Ular ini apa aja. Panggil aja tim ini ular, you khow why? Because dari keempat member ada gw, duo picik ditambah si Nassar suaminya Muzdalifah (Abu Rizal) itu mulutnya gabisa diungkapkan dengan kata-kata dah. Udah parah banget kalo ngebully dan ngomongin orang. Wkwkwkwk

Merlion, we're here! (Tantan, Nida, Abu Rizal, Raytisa)
Ohya duo picik itu udah sahabatan dari sejak TPB dulu (tingkat satu di kampus gw namanya TPB, tingkat persiapan berkeluarga, eeh bersama). Mereka itu cantik kok dua udah kayak pinang dibelah melintang dengan sudut elevasi 90 derajat dikurangi teta. Apaan sih? Wkwk. Tapi serius kalo itu berdua disatukan udah kaya naga bermuka dua. Lucu banget dah.
Trus member satu lagi namanya Abu Rizal, atau beberapa orang sering manggil dia “abang”. Itu tuh yang punya tanah di Jakarta (baca: tanah abang). Ini orang hobi banget olahraga, sampe kalo foto itu pamer otot dan kalo manggil dia “hey sixpack” pasti wajahnya langsung berbunga-bunga merah marun. Dia itu mirip banget Nassar, itu loh suaminya Muzdalifah. Mereka udah cerai belum yah? Aduh tuh kan mulai rumpi dah -,-
Trus berawal dari telpon disaat gw jaga stand itu gw dan duo picik jadi sering ketemu buat planning perjalanan “ngegembel” kita di negeri orang. Trus kan kalo Cuma tiga orang itu ga seru, jadi gw putuskan untuk ajak temen lain. Dan pilihan dijatuhkan kepada Nassar dengan berbagai pertimbangan, termasuk timbangan berat badan. Hihihi. Damai broo.
Gw masih inget kita rutin banget ngadain Rapat General (RG) untuk persiapan ini. Dari mulai beli tiket berangkat naik air asia yang super promo (tiket pulang entah apa kabar, yang penting berangkat dulu. Wkwkwk) trus persiapan destinasi wisata, passport dan imigrasi, tempat nginep, dan yang terpenting DUIT!
Kalo pas RG itu kadang sampe berjam-jam untuk bikin rundown, urusan imigrasi (passport, airport tax, imigrasi negara), cari info tempat tujuan, transportasi disana, tempat nginep buat backpacker, dan peta. Cape banget kalo dipikir-pikir sih, tapi ternyata itu momen yang gw kangenin, sumpah kangen banget masa-masa itu. bahkan kalo inget momen ini suka bikin ketawa sendiri kayak orang gila *eh. ini ajak gw nulis sambil ketawa-ketawa siah. HAHAHA.
Kadang kita bagi tugas, waktu itu gw sama si bicik sekelompok untuk bagian Singapore dan Nassar sama picik untuk bagian Malaysia. Si bicik orangnya cerdik tapi kalo di picik itu pinter cari hemat. Nassar paling update soal info destinasi menarik. Ah emang tim yang nyenengin!
Pokoknya singkat cerita kita memutuskan untuk backpacker seminggu ke Singapore dan Malaysia, Thailand. Tapi kalo dari segi planning kita baru ready banget buat Singapore dan KL, Thailand mah gimana entar aja. Nah trus segudang info transportasi, penginapan, destinasi wisata, tips hidup murah dari mulai cari minum gratis sampe bawa bekal dari Indo, tiket pergi Bandung-Singapore dan tiket pulang KL-JKT.
Jadi kita berencana dari tgl 17 Januari sampe 23 Januari 2015. 17, 18, 19 di Singapore trus 20, 22, 23 di KL, 21 mampir ke negeri gajah putih, Thailand! Negara yang pengen banget gw kunjungi. Dan waktu itu akhir Desember sama awal Januari kan pas banget UAS di kampus, lalu sekitar tgl 7 Januari udah libur semester. Jd kita balik dulu ke rumah masing-masing untuk persiapan, sebenernya mau minta bekal sih. Hahaha.
Dan hari yang ditunggu datang juga! January 17th, 2015!!!!!!
Kayak foto jaman dulu ya. happy family! (Tantan, Nida, Raytisa, Abu Rizal)

To be continue PART 2

Thursday, March 19, 2015

Presentation of Tegal Site (SUIJI SLP 2015)

Dear all,

SUIJI SLP 2015 was end, but lets keep contact and improve this program of sustain :)

Best Regards

Note: open the link below for download the file presentation
https://docs.google.com/file/d/0B8WgXPST0DRaMFNlSy1Mb0R1cWc/edit

Desa Suniarsih, Bojong, Tegal (SUIJI SLP 2015)

Desa Suniarsih SUIJI SLP 2015
Kondisi Umum Wilayah 
IGTF Program Internasional ini dilaksanakan di 2 site, yakni site Bogor dan site Tegal. Site Bogor berlokasi di Desa Cikarawang dan Desa Situ Gede, sedangkan site Tegal berlokasi di 4 desa, yakni Desa Bojong, Desa Karangmulya, Desa Tuwel, dan Desa Suniarsih. Kami tinggal di Suniarsih selama 2 pekan dari 24 Februari sampai 10 Maret 2015. Kami tinggal di rumah Pak Taseh, Lurah Desa Suniarsih yang dilantik sejak bulan Desember 2013. Pak lurah memiliki 1 istri dan 6 anak.
Total populasi Desa ini 2578 jiwa, terdiri dari 1337 laki-laki dan 1241 perempuan. Area desa seluas 330 hektar dengan 576 kepala keluarga. Presentase penduduk Suniarsih yakni 100% pemeluk agama Islam. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan potensi produk pertaniannya ialah getah pinus, padi, singkong, dan jagung. Sawah milik warga desa berada cukup jauh dari perkampungan dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki sebab hanya jalan setapak yang tersedia sejauh kuang lebih 3 km.
Perangkat desa dipimpin Pak Lurah memiliki program kerja yang salah satunya ialah pembangunan jalan desa dari rumah warga atau perkampungan ke sawah desa agar distribusi pupuk, alat-alat pertanian, dan padi hasil panen lebih mudah dilakukan mobilisasi yang lebih efisien waktu dan tenaga.
Desa ini memiliki fasilitas pendidikan yakni 1 Paud, 1 sekolah dasar (SDN 1 Suniarsih), 1 MTS (MTS At-Tarmasie), dan 1 SMP (SMPN 1 Atap Bojong). Disini belum ada SMA atau sederajat sehingga anak-anak yang hendak bersekolah harus pergi ke Slawi (SMAN 1 Slawi) atau ke Tuwel (SMAN 1 Bojong). Selain itu terdapat fasilitas rumah ibadah, terdapat 3 mushola dan 1 mesjid yang dapat digunakan untuk solat Jumat.
Suniarsih berada pada kurang lebih 800 meter di atas permukaan laut, memiliki udara sangat sejuk, dan sumber air yang jernih. Desa ini memiliki curah hujan 23-32 mm/tahun dengan temperatur berkisar 23-32 oC. Desa ini berada cukup dekat dengan Gunung Slamet sehingga saat musim hujan sering diselimuti kabut.
Tema program kami mengenai pengelolaan sampah dan pertanian. Di desa ini belum ada bank sampah. Warganya membuang sampah ke hutan dan ada juga yang membakar sampah di belakang rumah. Ada juga warga yang mengubur sampah dan ada juga yang menjadikan sampah organik untuk pupuk tanpa mengelolanya terlebih dahulu.
Hampir semua warga desa sudah mengetahui tentang pemilahan sampah organik dan anorganik, namun hampir semua warga tidak tertarik dengan pembangunan bank sampah Suniarsih sebab mereka sudah terbiasa menjual ke pengepul atau pemulung. Di Suniarsih sudah ada pengepul sampah dengan omzet berkisar 1 sampai 2 juta rupiah perbulan.
Selain itu warga desa sangat sibuk dengan kegiatan bekerja dan pengajian sehingga tidak sempat untuk pergi ke bank sampah atau mengelolanya. Sebagian warga yang dewasa masih sulit berkomunikasi dengan orang asing. Orang asing disini bukan hanya orang Jepang, tetapi orang diluar sekitar Tegal dan Pemalang. Sehingga untuk melakukan interview, beberapa warga harus diajak bicara secara pelan-pelan karena belum lancar berbahasa Indonesia dan menulis. Namun untuk kalangan anak-anak sekolah dari mulai Paud sampai MTS sudah dapat berkomunikasi dengan orang asing walaupun masih sedikit malu-malu.